Atap Kemiskinan Masih Memayungi Negeriku

Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat, kayu, dan batu jadi tanaman “

Sepenggal lirik dari sebuah lagu yang menggambarkan negeriku yang begitu indah, makmur, kaya sehingga dikenal sebagai zamrud khatulistiwa.  Namun itu kilas balik keadaan Negeriku beberapa tahun lalu, Sekarang tidak sama, berbeda dan begitu kontras perbedaan negeriku dulu dan saat ini. Kemiskinan menjadi teman sehari-hari yang selalu menemani negeri ini sungguh sangat memprihatinkan. Pemandangan lukisan-lukisan kemiskinan dalam dinding-dinding penderitaan rakyat semakin hari semakin memenuhi perut negeriku.

Kemiskinan seakan-akan tak ada solusinya baik di pedesaan dan perkotaan tak luput dari bayangannya sekalipun. Sepekan lalu saya melihat ketika sedang berada dalam sebuah kendaraan umum menuju kampus, seorang bocah sedang duduk di trotoar jalan dekat lampu merah sebuah persimpangan jalan raya. Anak itu memegang sebuah gelas mineral bekas yang berisi beberapa koin logam. 

Hal yang sangat memilukan tatkala ketika melihat seorang bocah tersebut, dia duduk sambil tertidur dan terlihat wajahnya sangat keletihan. Ironisnya, sebab pemandangan tersebut terjadi tepat sekitar 07.00 WIB pagi, dimana anak-anak pada umumnya sedang belajar di sekolah untuk menuntut ilmu. Bukankah seharusnya anak terebut menikmati  masa-masa sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah dan menyiapkan buku-buku untuk esok hari.

Saya sempat berfikir sejenak, Kemana gerangan para orang tua mereka? akan di bawa kemana masa depan anak-anak bangsa? jika terus menerus terjadi menimpa  bangsa ini, kelak sekitar 20 tahun atau 30 tahun lagi anak-anak ini menjadi bagian generasi penerus bangsa. Kita tidak bisa menyalahkan mereka namun fenomena ini mencerminkan tentang kemiskinan sebagai masalah krusial bagi bangsa kita. Dan bahkan bagi bangsa-bangsa yang masih terbelit kemiskinan. 

Kemiskinan menjadi  masalah sosial yang harus segera diselesaikan bersama, khususnya bagi pemerintah sendiri yang mempunyai andil dan kewajiban terhadap rakyatnya dalam mengatasi kemiskinan seperti yang tertera dalam undang-undang dasar 1945 pasal 34 ayat 3  tentang “ Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara “,  walaupun undang-undang ini masih jauh dalam aplikasinya serta masih jauh dari kenyataan dan harapan.

Dalam perjalanan sebuah negara, negara yang telah salah mengurus dan salah mengasuh tidak ada persoalan yang paling membuat berat adalah persoalan tentang kemiskinan itu sendiri. Faktor kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal, banyak faktor-faktor yang kita lihat yang melatarbelakangi kemiskinan di Indonesia  diantaranya adalah mengalami kecacatan, sumber daya manusia yang keterampilan dan pengetahuannya masih rendah, pendidikan rendah, korban PHK dan kesempatan kerja yang semakin sempit namun persaingan yang begitu luas serta ketat. 

Sisi lain dari negeri ini walaupun masih bertemankan kemiskinan namun tetap saja masih banyak orang negeri ini bersikap konsumtif dan hedonis yang mereka anut. Kontras sudah keadaan ini, disisi satu banyak perut dan tangan yang membutuhkan uluran tangan namun di sisi lain ada sebagian menghambur-hamburkan uang demi kepuasan nafsu duniawi semata. 

Memang kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada sebagian dari mereka yang merasa mampu dalam financial dan mau diapakan uang mereka? namun setidaknya bisa membuka mata hati untuk bisa merasakan apa yang mereka rasakan dan sedikit rasa empati dari mereka yang mampu dalam segi finansial. 
Benar-benar sungguh mengherankan kepada mereka yang tidak sedikitpun terketuk pintu hatinya untuk bisa mengulurkan tangan sukarela dalam membantu kaum Dhuafa, namun inilah realita yang benar-benar sangat miris dan yang harus diterima.

Kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran, seperti dalam sebuah hadits. Memang benar  kemiskinan tak dapat kita pungkiri menyebabkan orang-orang berani berbuat nekat seperti mencuri, merampok, dan bahkan membunuh hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan perut dan untuk tetap bertahan hidup. Hidup adalah perjuangan, perlu diperjuangkan demi keluarga, anak, istri dan dirinya. 

Jangankan hidup bermewah-mewah untuk makan pun harus berfikir seribu kali untuk mendapatkan hal itu. Namun ada  pula yang berbuat nekat menambahpuing-puing kekayaan diatas penderitaan rakyat yang mengalami kemiskinan, sungguh terlalu benar-benar orang-orang seperti ini tak akan pernah melihat ke bawah dan mengerti keadaan rakyat kecil, namun mereka hanya mengumbar nafsu belaka dalam merauk suatu kekayaan yang kelak akan menjatuhkanmereka.                                                                                                                                                                                                                                                            

Kemiskinan tidak hanya terjadi di negeri ini namun terjadi di negara-negaa lain khususnya di negara-negara berkembang dan negara terbelakang. Contoh hal seperti ketika zaman dulu terjadi kelaparan merajalela dan berkepanjangan di negara utopia, ketika itu banyak negara-negara yang menyumbangkan bantuan-bantuan untuk membantu dan sekedar mengurangi beban mereka termasuk negara Indonesia sendiri membantu negara Utopia.  

Kemiskinan yang terstruktur yang dikonstruksi oleh sekelompok orang yang berkepentingan ataupun kemiskinan melaui proses sebab yang berbeda merupakan ladang amal bagi siapapun untuk mencairkan solusinya dari sistem sosial yang demikian kaku diantara dinamika kehidupan yang kian ekstrim.

Kemiskinan tak hanya berakibat ke dalam aspek ekonomi seperti kelaparan namun juga berdampak ke berbagai aspek kehidupan kita seperti halnya dalam pendidikan. Contoh seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya tentang pendidikan, banyak generasi negeri ini putus sekolah dan tidak meneruskannya, mereka sibuk mencari uang hanya untuk menghidupi perut dan jauh untuk berfikir tentang masalah pendidikan jadi wajar pendidikan yang rendah menjadi salah satu faktor penyebab kemiskinan dan salah satu dampaknya adalah kebodohan. 

Kebodohan menjadi momok dalam realita persaingan global apalagi sekarang telah memasuki era globalisasi dimana persaingan begitu ketat dan orang yang bodoh akan mengalami ketertinggalan jauh dari mereka yang berfikir cerdas makanya wajar jika negara kita masih menjadi negara yang berkembang karena masalah kemiskinan yang menyebabkan kebodohan dan ketertingggalan dari negara-negara maju, memang sangat disayangkan sekali.

Apalagi Isu terhangat saat ini tentang BBM yang akan naik namun dirasa sudah menjadi malaikat maut bagi mereka yang telah dililit kemiskinan, sedangkan Indonesia adalah salah satu negara yang terikat dengan kapitalisme globaliasi yaitu upaya pemerintah menyerahkan harga BBM pada mekanisme pasar Internasional. 

Ini artinya, pemerintah menyerahkan harga komoditas BBM mengikuti turun naiknya harga minyak dunia. Ketika  MK ( Mahkamah Agung ) Melarang Pemerintah menetapkan harga BBM, pemerintah mengakalinya dengan mengubah istilahnya dengan kekinian.

Sungguh kita mengetahui begitu beratnya dampak dari kenaikan harga BBM bagi masyarakat khususnya rakyat miskin yang hidup dikalangan ekonomi bawah yang terjerat belenggu kemiskinan, namun pemerintah tidak bergeming, kejadian ini menunjukkan bahwa negara kita pemerintahannya telah masuk arus kapitalisme, sangat disayangkan semua diatur berdasarkan pasar internasional.

Tak bisa dipungkiri orang-orang Indonesia masih ada yang berprestasi dan mampu dari segi finansial yang mampu berkarya untuk memajukan dan mengharumkan bangsa ini, kita berterima kasih pada orang-orang yang telah berkarya dan mengukir prestasi lewat tinta-tinta karya yang telah dibuatnya seperti pahlawan-pahlawan kita. Soekarno hatta, Diponegoro, Imam Bonjol, R.A Kartini, dan di era inikita telah kenal dengan B.J Habibi sebagai orang yang cerdas dam mampu menyumbangkan karyanya untuk negeri ini melalui pesawat terbang.

Negeri ini tak khayalnya seperti lagi ditimpa berbagai kesulitan dan sulit untuk bangkit, kita sebagai penerus harus tetap berusaha untuk membangkitkan Ibu Pertiwi dari belenggu kesulitan khususnya kemiskinan sehingga kita mampu menyaingi negara-negara yang sudah mendahului kita dan sebagian anak bangsa yang telah dulu mengukir prestasi-prestasi baik nasional maupun prestasi dunia, walaupun pasti banyak menghadapi hambatan tapi kita harus tetap yakin bahwa suatu saat nanti negeri ini akan tersenyum lewat karya-karya anak bangsa ini.

Semoga dengan keadaan kemiskinan yang tiap hari semakin terpuruk bisa membangkitkan generasi muda melalui karya-karyanya sehingga bisa segera lepas dari keterpurukan dengan mengentaskan kemiskinan secara berangsur-angsur sehingga payung kemiskinan yang selama ini melindungi negeri ini lenyap dan tinggal perstasi-prestasi yang telah di ukir melalui dinding-dinding sejarah yang ditulis dengan tinta emas generasi muda. Kelak Kemiskinan menjadi potret masa lalu yang akan dijadikan sebagai kepingan sejarah yang tertinggal sebagai cermin menuju arah yang lebih baik lagi.






Related Post



Posting Komentar